Kesuksesan itu Berproses
Kesuksesan itu Berproses
Oleh:
Rina Andriyani
Kegagalan kata yang sudah tidak
asing lagi dan semua orang pernah mengalaminya. Membicarakan tentang kegagalan tidak
terlepas dari sosok Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau lebih
dikenal dengan julukan Buya Hamka. Siapa yang tak mengenal sosok ini? Buya
Hamka adalah seorang ulama, politisi dan sastrawan besar yang tersohor dan
dihormati dikawasan Asia Tenggara terutama Negara-negara islam. Tulisan-tulisannya
dan kisah hidupnya begitu menginspirasi setiap orang.
Hamka lahir pada tanggal 17 Februari
1908 dikampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Hindia Belanda (saat itu). Ayahnya
bernama Syekh Abdul Karim bin Amrullah. Hamka mendapatkan pendidikan rendah di
Sekolah Dasar Maninjau, hingga kelas dua. Ketika Hamka berusia 10 tahun,
ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Disitu Hamka
mempelajari agama dan Bahasa Arab.
Karir Hamka dimulai dari ia bekerja
sebagai guru agama pada tahun 1972 di Perkebunan Tebing Tinggi Medan. Hamka adalah
seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat,
sastra, sejarah, sosiologi dan politik baik Islam maupun Barat. Pada tahun 1964
Hamka dipenjarakan oleh Presiden Soekarno karena dianggap pro-Malaysia. Penjara
tidak mampu menghalangi atau mematahkan semangatnya, justru selama dipenjaralah
Hamka menulis Tafsir al-Azhar. Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan
karya kreatif seperti novel dan cerpen.
Karya ilmiah terbesarnya ialah al-Azhar (5 jilid) dan
antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastra
di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di
Bawah Lindungan Kaba’ah dan Merantau ke Deli. Hamka pernah menerima beberapa
anugerah pada peringkat nasional antar bangsa seperti anugerah kehormatan
Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas
Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pangeran Wiroguno dari
pemerintah Indonesia. Hamka wafat pada tanggal 24 Juli 1981 di DKI Jakarta.
Kisah perjalanan hidup Hamka yang
begitu berliku dan banyak yang dapat kita pelajari dari kisahnya tersebut. Latar
belakang pendidikan bukanlah suatu ukuran yang dapat menentukan seseorang itu
akan sukses atau gagal, karena apabila kita mau belajar dan berusaha tentulah
kita dapat meraih sukses yang kita inginkan, dalam Al-Qur’an pun Allah swt
berfirman yang artinya: “Aku tidak akan merubah keadaan suatu kaum, kecuali
kaum itu mau berusaha”. Jelas jika kita ingin meraih suatu kesuksesan maka kita
harus berusaha dan selain itu, apabila kita mendapatkan suatu rintangan atau
kegagalan, maka hendaknya kita harus terus berhusnuzan terhadap Allah swt (seperti
dalam firmanNya yang artinya:“Aku akan menjadi seperti apa yang hambaKu
prasangkakan terhadapKu”) dan tetap berusaha melakukan apa yang kita bisa dan
apa yang kita mampu. Kegagalan itu hedaknya dijadikan sebuah pelajaran agar
dapat menata kehidupan yang akan datang untuk meraih sukses. Kesuksesan itu
berproses tidak bisa secara instan, bahkan orang yang sukses sekalipun ia dapat
mengalami kegagalan dibidang yang lainnya.
Jadi, untuk dapat menjadi orang yang
sukses tidak hanya dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Kita juga
harus senantiasa berpikiran positif dengan apa yang kita dapatkan entah itu
senang atau susah. Kita harus menjalani dengan ikhlas dan yakin bahwa itu yang
terbaik untuk diri kita. Selain itu, kita tidak boleh lekas menyerah ketika
kegagalan itu datang karena bisa jadi kegagalan itu adalah kunci menuju gerbang
kesuksesan.
Biodata Penulis
Pemilik nama panjang Rina Andriyani ini di lahirkan di
Sleman, 19 Februari 1994. Lahir dari Ayah bernama Sunarwan dan Ibu bernama
Daliyah. Sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) suka menulis dan
mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang penulis. Saat duduk di bangku
menengah pertama (SMP) karya-karyanya yang berupa cerpen dan puisi sering
dimuat di mading kelas. Saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa aktif di
Universitas Ahmad Dahlan dan hari-harinya dihabiskan untuk kuliah, namun tetap
tidak melupakan kegiatan menulisnya.
Komentar
Posting Komentar